Minggu, 25 November 2012

Mad dan Pembagiannya


I.                   Pengertian Mad

Mad menurut bahasa adalah memanjangkan atau sesuatu yang memanjang. Menurut pendapat yang lain adalah Az Ziyadah yaitu sesuatu yang tambah. Menurut istilah memanjangkan suara bacaan huruf Al Qur’an disebabkan adanya huruf Mad sesuai aturan aturan yang berlaku. Dari segi istilah ulama tajwid dan ahli bacaan, mad bermakna memanjangkan suara dengan lanjutan menurut kedudukan salah satu dari huruf mad. Terdapat dua bagian mad, yaitu mad asli dan mad far'i.
Terdapat tiga huruf mad yaitu alif, wau, dan ya' dan huruf tersebut haruslah berbaris mati atau saktah. Panjang pendeknya bacaan mad diukur dengan menggunakan harakat.

Huruf Mad ada tiga :
1.    ALIF sebelumnya ada fathah [ ـَ ا ] , dengan kadar panjang dua harakat atau ketukan, seperti :

بَا تَا ثَا جَا حَا خَا دَا ذَا رَا زَا

2.       YA’ MATI sebelumnya ada kasrah [ -ِ يْ ] dengan kadar panjang dua harakat atau ketukan, seperti :
سِيْ شِيْ صِيْ ضِيْ طِيْ ظِيْ عِيْ غِيْ فِيْ قِيْ
3.       WAW MATI sebelumnya ada dhammah [ -ُ وْ ], dengan kadar panjang dua harakat atau ketukan, seperti :
كُوْ لُوْ مُوْ نُوْ وُوْ هُوْ ئُوْ يُوْ بُوْ تُوْ


II.               Pembagian Mad
Pada garis besarnya, mad terbagi menjadi dua bagian, yaitu Mad Thabi’i (Asli) dan Mad Far’i (cabang) dengan penjelasan sebagai berikut :


Mad 'Aridh





A.     Mad Thobi’ I atau Mad Asli

a.      Pengartian Mad Thobi’ i
Yaitu apabila ada wawu mati ( وْ) jatuh setelah dhommah, ya’ mati (يْ) jatuh setelah kasroh dan (ا ) alif jatuh setelah fathah dan tidak bertemu dengan sukun dan hamzah. Panjangnya yaitu satu alif atau dua harokat. Contoh : نُوْحِيها
Dinamakan mad asli sebab panjang dari mad ini adalah sesuai dengan dasarnya (redaksi), sedangkan dinamakan Thobi’i (sebangsa karakter) karena sifat mad atau panjangnya ini adalah pasti , yaitu satu alif. Bagi seorang qori’ diharamkan untuk mengurangi atau menambah panjang mad ashli atau mad thobi’i.
b.      Pembagian Mad Thobi’i
Mad Thobi’i Asli dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Mad Thobi’i Dhohiri
Yaitu apabila dari ketiga huruf mad tersebut jelas dalam penulisannya, sehingga dapat diketahui langsung. ( posisi wawu mati jatuh setelah dhommah, ya’ mati jatuh setelah kasroh dan alif jatuh setelah fathah). Contoh lafadh : نُوْحِيها
2. Mad Thobi’i Muqoddar
Mad Thobi’i Muqoddar (dikira-kirakan) yaitu dalam membacanya dibaca dengan suara panjang tapi penulisan hurufnya tidak tampak. Hal ini dikarenakan ada kaitannya dengan arti dan memang demikian penulisan dari khot Utsmani.
Contoh lafadh :  ﺍﻠﺮﺤﻣﻦ, ﺍﻠﻟﻪ.
3. Mad Thobi’i Harfi
Yaitu panjang yang ada pada nama-nama huruf hijaiyyah ( asmaul huruf ). Dalam hal ini akan kita temukan pada pembukaan surat-surat ( fawatihussuar ). Hurufnya terkumpul dalam kalimat : حيٌطَهُرَ. Contoh : ﺍﻠﻢ, ﻁﻪ , ﺤﻢ





B.     Mad Far’ i

a.      Pengertian Mad Far’ i
Adapun yang dimaksud dengan mad far’i adalah cabang dari mad asli karena adanya sebab-sebab tertentu. Mad far’i ini terbagi menjadi empat belas bagian yang akan dijelaskan satu persatu dibawah ini.

b.      Pembagian Mad Far’ i

1.        مَدْ وَاجِبْ مُتَّصِلْ (MAD WAJIB MUTTASHIL)

Yaitu Apabila ada mad thobi’i atau mad ashli bertemu dengan hamzah dalam satu kalimat. Contoh : شَاءَ, جَاءَ, سُوْءَسِيْئَتْ. Ukuran panjangnya dua setengah alif atau lima harokat. Kata “Wajib” karena memanjangkan mad ini dari mad aslinya . Dan kata “mutasshil” Karena bertemunya mad thobi’i itu adalah dalam satu kalimat.

2.        مَدْ جَائِزْ مُنْفَصِلْ (MAD JAIZ MUNFASHIL )

Yaitu apabila ada mad thobi’i atau mad ashli bertemu dengan hamzah dilain kalimat. kata “munfashil” yang berarti “terpisah”.Ukuran Panjangnya adalah 2 sampai 5 harakat / ketukan atau sama dengan 1 sampai 2,5 Alif. Contoh : وَمَا اُنْزِلَ , قُوْا اَنْفُسَكُمْ , فِيْ اَنْفُسِهِمْ

3.        مَدْ عَارِضْ
4.        لِلسُّكُوْنْ (MAD ARIDH LISSUKUN)

Yaitu Apabila ada huruf mad asli bertemu dengan huruf mati, yang matinya (tidak asli) sebab diwaqofkan (berhenti). Kata “aridh lissukun” berarti “sukun baru datang”. Ukuran panjangnya ada tiga, yaitu :

a.       Satu alif karena bertemunya mad asli itu dikarenakan waqof (berhenti), jadi meskipun waqof, maka tidak bisa merubah panjangnya mad asli.
b.      Dibaca dua alif karena sukunya itu bukan sukun yang asli (sebab waqof) dan cara membacanya tetap dibawah bacaan mad Lazim.
c.       Dibaca tiga alif sebab dikiyaskan/disamakan dengan bacaan mad Lazim.

Dari beberapa pendapat tentang ukuran panjang mad aridhlissukun paling banyak digunakan adalah 2 sampai 6 harakat / ketukan atau sama dengan 1 sampai 3 Alif. Contoh : الْعِقَابْ شَدِيْدُ dibaca الْعِقَابِ شَدِيْدُ, نَسْتَعِيْنْ dibaca نَسْتَعِيْنُ, يَعلَمُوْنْ dibaca يَعْلَمُوْنَ, حَكِيْمْ dibaca حَكِيْمٌ.

5.        مَدْ بَدَلْ (MAD BADAL)

Yaitu apabila ada dua hamzah yang kumpul dalam satu kalimat, maka hamzah yang kedua diganti dengan huruf yang sesuai dengan harokat pertamanya (sejenis) yaitu :

a.    Jika dua hamzah berharokat fathah, maka hamzah yang kedua diganti dengan alif . Contoh: امَنَ ءَ asalnya ﺀﺀﻣﻦ
b.    Jika dua hamzah berharokat dhommah, maka hamzah yang kedua diganti dengan wawu . Contoh : تُوُا اُوْ asalnya توا ؤْ ءُ
c.     Jika dua hamzah berharokat kasroh, maka hamzah yang kedua diganti dengan ya’. Contoh : نًااِْيما asalnya إئْمانًا

Lama membacanya (panjangnya) adalah satu alif atau dua harokat.
Dinamakan ”mad badal” karena huruf yang kedua (alif, wawu dan ya’) adalah sebagai ganti dari hamzah.

6.        مَدْ عِوَضْ (MAD ‘IWADH)

yaitu apabila ada isim yang alamat nashobnya memakai tanwin “fathatain” (selain fathatainnya ta’ ta’nis yang mufrod mahal nashob) dan berada pada perwaqofan/berhenti, maka huruf yang bertanwin itu dihilangkan tanwinnya.
Contoh :
عَلِيْمًا سَمِيْعًا, كَريْماً قَوْ لًا
Panjanganya harus satu alif tidak kurang dan tidak lebih.
Dinamakan Iwadl sebab panjangnya adalah ganti dari isim mahal nashob (fathatain).

7.        مَدْ لَيِّنْ (MAD LAYYIN ARIDLY)

Yaitu apabila ada Huruf Al Lain (wawu dan ya’ yang mati jatuh setelah fathah) yang bertemu dengan sukun yang tidak asli (sebab waqof)
Ukuran panjangnya adalah satu,dua dan tiga alif. Contoh :
خَوْفٍ مِنْ, عَيْنَيْنِ
Dinamakan aridli (baru datang) karena bacaan ini timbul atau terjadi bila diwaqofkan/berhenti (huruf yang terakhir menjadi sukun/mati), akan tetapi jika diwasholkan/terus maka dibaca dengan suara lunak. (tanpa panjang).

8.        مَدْ تَمْكِيْنْ (MAD TAMKIN)

Tamkin artinya adalah menetapkan. Yaitu apabila ada ya’ yang tasydid berharokat kasroh jatuh setelah ya’ mati dalam satu kalimat/perkataan. Contoh : أمِّيِّيْنَ, حيّيْتم واذا. Ukuran panjangnya adalah 2 harakat / ketukan atau sama dengan 1 Alif.
Dan juga disebut mad tamkin menurut sebagian ahli qiraat adalah mad yang terjadi karena ada Ya’ mati yang sebelumnya berharakat kasrah disambut oleh Ya' lain pada kata berikutnya. Atau ada Waw mati yang sebelumnya berharakat dhammah disambut oleh Waw lain pada kata berikutnya. Ukuran panjangnya adalah 2 harakat / ketukan atau sama dengan 1 Alif. Contoh: رَبَّانِيِـّـيْـنَ, مِّيِـّـيْـنَ اُ, نَبِيِـّـيْـنَ, حُـيِـّـيْـتُمْ

9.        مَدْ صِلَة قَصِيْرَة (MAD SHILAH QASHIRAH)

yaitu mad yang terjadi pada kata ganti orang ketiga tunggal laki-laki, dengan lambang HI/HU [ هِ / هُ ] yang sebelumnya ada huruf hidup dan sesudahnya tidak terdapata hamzah. Ukuran panjangnya adalah 2 harakat / ketukan atau sama dengan 1 Alif. Ukuran panjang 2 harakat termasuk "Qashirah" yang berarti "pendek". Contoh:
إنّهُبعبادهِخبيرُ, اِنَّهُ, كُتُبِهِ, رَسُوْلُهُ, رَجْعِهِ, مِثْلَهُ, كُلُّـهُ

10.    مَدْ صِلَة طَوِيْلَة (MAD SHILAH THAWILAH)

yaitu mad yang terjadi pada kata ganti orang ketiga tunggal laki-laki, dengan lambang HI/HU [ هِ / هُ ] yang sebelumnya ada huruf hidup dan sesudahnya terdapata hamzah. Ukuran panjangnya adalah 2 sampai 5 harakat / ketukan atau sama dengan 1 sampai 2,5 Alif. Ukuran panjang lebih dari 2 harakat termasuk "Thawilah" yang berarti " panjang". Contoh :
Catatan :
­         Apabila sebelum HU / HI terdiri dari huruf mati (bersukun), seperti [ ـْـه ] , maka tidak berlaku mad shilah. Contoh : عَلَيْهِ, عَنْهُ, فِيْهِ, لَدُنْهُ
­         HI pada kata [ فِيْهِ ] dalam surat Al-Furqan ayat 69, walaupun sebelumnya terdiri dari huruf yang bersukun, tetap dibaca panjang 2 harakat / ketukan atau sama dengan 1 Alif, seperti : وَيَخْلُد فِيْـهِ مُهَانًاْ
­          HI / HU [ هُ / هِ ]yang bukan kata ganti, walaupun sebelumnya terdapat huruf hidup, tidak boleh dibaca panjang atau dengan kata lain tidak berlaku mad. Contoh : لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ – Surat Al-Alaq [96] : 15 – Surat Asy-Syu’ara [26] : 116 dan 167 – Surat Maryam [19] : 46 – Surat Al-Ahzab [33] : 60 dan مَا نَفْقَهُ Surat Huud [11] : 91 - dan فَوِاكِهُ Surat Al-Mu’minun [23] : 19 – Surat Ash-Shaffaat [37] : 42 – Surat Al-Mursalaat [77] : 42. Dan juga يَرْضَهُ لَكُمْ Surat Az-Zumar [39] : 7.
­          Sesudah HU / HI terdapat huruf yang bersukun, maka mad tidak berlaku lagi. Contoh : اِنَهُ امْرُؤٌ, لَهُ, الْمُلْكُ







11.    مَدْ لاَزِمْ حَرْفِيْ مُخَفَّفْ (MAD LAZIM HARFI MUKHAFFAF)

yaitu mad yang terjadi pada huruf-huruf tunggal pada permulaan surah-surah dalam Al-Qur’an yang bila dibaca menjadi dua huruf, dengan huruf mad Alif sebagai huruf kedua. Mad ini hanya terdapat pada pembukaan awal surat (fawatihussuar). Disebut mad lazim karena mesti dibaca panjang. Dinamakan harfi karena mad itu terjadi pada huruf, bukan pada kata atau kalimat. Dan dinamakan mukhaffaf, karena ringan mengucapkannya. Hurufnya ada lima, yaitu : [حَيٌّ طَهَرَ ] = ح ي ط هـ ر
Ukuran panjangnya adalah 2 harakat / ketukan atau sama dengan 1 Alif. Contoh :
Tulisan الـر ـ طه dibaca رَا ـ طَـا ـ هَـا
Tulisan يـس ـ حـم dibaca يَـا ـ حَـا

12.    مَدْ لاَزِمْ حَرْفِيْ مُثَقَّلْ (MAD LAZIM HARFI MUTSAQQAL)

yaitu mad yang terjadi pada huruf-huruf tunggal pada permulaan surah-surah dalam Al-Qur’an yang bila dibaca menjadi tiga huruf dengan huruf mad sebagai huruf kedua, sedang huruf ketiga mati. Disebut mad lazim karena mesti dibaca panjang. Dinamakan harfi karena mad itu terjadi pada huruf, bukan pada kata atau kalimat. Dan dinamakan mutsaqqal, karena berat mengucapkannya. Hurufnya ada delapan, yaitu :
[ نَـقَـصَ عَـسَـلُـكُـمْ ] = ن ق ص ع س ل ك م
Ukuran panjangnya adalah 6 harakat / ketukan atau sama dengan 3 Alif. Contoh :
Tulisanالـم dibaca ـ مِـيْـمْ لاَمْ
Tulisan يـس ـ حـم dibaca سِـيْـنْ ـ مِـيْـمْ
Tulisan كـهـيـعـص dibaca كَا فْ ـ عَيْنْ ـ صَـا فْ
Tulisan ن ـ عسق dibaca نُوْنْ ـ عَيْنْ ـ سِـيْـنْ ـ قَافْ

13.    مَدْ لاَزِمْ كِلْمِيْ مُخَفَّفْ (MAD LAZIM KILMI MUKHAFFAF)
yaitu mad yang terjadi karena ada hamzah istifham, yaitu hamzah yang berfungsi sebagai kata tanya [ هَمْـزَة اِسْتِفْهَامْ ] dan sesudahnya ada hamzah yang dibuang yang disambut huruf mati (sukun). Disebut mad lazim karena mesti dibaca panjang. Dinamakan kilmi karena mad itu terjadi pada kata atau kalimat. Dan dinamakan mukhaffaf, karena ringan mengucapkannya. Ukuran panjangnya adalah 6 harakat / ketukan atau sama dengan 3 Alif. Contoh :
Asalnya اَ اَلأنَ ditulis dan dibaca لأنَ (QS.Yunus [10] : 51 dan 91)

14.    مَدْ لاَزِمْ كِلْمِيْ مُثَقَّلْ  (MAD LAZIM KILMI MUTSAQQAL)
yaitu mad yang terjadi apabila huruf mad disambut oleh huruf bertasydid dalam satu kata. Disebut mad lazim karena mesti dibaca panjang. Dinamakan kilmi karena mad itu terjadi pada kata atau kalimat. Dan dinamakan mutsaqqal karena berat mengucapkannya. Ukuran panjangnya adalah 6 harakat / ketukan atau sama dengan 3 Alif. Contoh :
طَـامَّـةٌ صَـاخَّـةٌ دَابَّـةٌ ضَـالِّيْنَ
15.    فَـرْقِيْ (MAD FARQI)

yaitu mad yang terjadi karena ada hamzah istifham, yaitu hamzah yang berfungsi sebagai kata tanya [ هَمْـزَة اِسْتِفْهَامْ ] dan sesudahnya ada hamzah yang dibuang yang disambut huruf bertasydid. Disebut ”Farqi” yang berarti “membedakan” adalah untuk membedakan antara kelimat berita dan kalimat tanya. Dan dibaca panjang sebagai isyarat, bahwa ada huruf yang dibuang. . Ukuran panjangnya adalah 6 harakat / ketukan atau sama dengan 3 Alif. Dalam Al-Qur’an hanya terdapat 4 tempat, yaitu :

a.       Asalnya ا اَلذَّكَرَيْنِ ditulis dan dibaca لذَّكَرَيْنِ (QS.Al-An’am [6] : 143-144)
b.      Asalnya اَ اَللهُ ditulis dan dibaca  للهُ (QS.Yunus [10] : 59 dan 91, An-Naml [27] : 59)

Keterangan:
Mad ini dalam kategori mad lazim. Dibaca mad adalah untuk membedakan antara hamzah istifham dengan kalam khobar.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar